Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Sobat ngaji di mana saja berada. Meski pun kita masih menghadapi masa pandemi covid-19 ini, tetap saja kita bersemangat untuk belajar mengenai ilmu agama. Kehidupan kita memerlukan ilmu guna meraih kebahagiaan sejati. Hari ini kita akan mempelajari lafadz innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kita ingin mengucapkannya secara benar dari sisi bahasa Arab dan juga latinnya.
Tulisan innalillahiwainnailaihirajiun
Lafadz arab dari Innalillahiwainnailaihirajiun, yakni:
yang artinya:
Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.
Lafadz ini bersumber dari Al-Quran. Tepatnya pada Surat Al-Baqarah ayat 156. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Surat Al-Baqarah ayat 156:
artinya:
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Lafadz atau kalimat innalillahi wa inna ilaihi rajiun sering pula disebut sebagai bacaan tarji’ atau istirja. Ketika seorang muslim mendapatkan musibah atau bencana maka bacaan tersebut yang diucapkan. Termasuk dalam hal ketika mendengar sebuah kabar tentang adanya bencana atau pun musibah. Kalimat istirja itulah yang diucapkannya.
Praktek yang kita lihat di masyarakat biasanya kalimat istirja ini dibaca ketika ada berita kematian. Saat seseorang menyampaikan sebuah kabar duka berupa meninggal dunianya seseorang maka biasa diawali dengan bacaan innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Baik itu dalam bentuk siaran di masjid atau pun video broadcast atau pun sekedar tulisan yang dibagikan ke masyarakat baik melalui dicetak/ print out atau pun ditulis di media sosial saja.
Pun demikian dengan saat seseorang yang menerima atau mendengar berita meninggalnya seseorang. Mereka pun pertama kali mengucapkan lafadz istirja tersebut. Sobat ngaji pun saya yakin sering menemui fenomena ini di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sekali atau dua kali saja. Akan tetapi, berkali-kali kita menemui hal tersebut.
Maka tidaklah mengherankan bila di masyarakat umum muncul pemahaman bahwa bacaan istirja ini hanya diucapkan tatkala ada orang yang meninggal dunia saja. Pemikiran semacam ini sudah terbentuk amat lama. Padahal, pernyataan semacam ini perlu diluruskan. Mengucapkan kalimat innalillahi wa inna ilaihi rajiun dianjurkan untuk semua jenis musibah. Tidak hanya pada sebatas meninggal dunianya seseorang.
Bentuk musibah itu sangat bermacam-macam. Tidak hanya kehilangan jiwa saja. Kehilangan harta juga termasuk bagian dari musibah. Misalnya kita mendengar ada musibah banjir yang menimpa sebuah tempat maka kita patut untuk mengucap istirja. Demikian juga berbagai bentuk musibah yang lainnya seperti adanya gunung meletus, tanah longsor, tsunami, gempa bumi, angin topan, tenggelam di laut, dan masih banyak lagi. Singkatnya, kalimat innalillahi wa inna lillahi rajiun ini bisa diucapkan ketika menghadapi atau mendengar kabar adanya berbagai musibah selain kematian seseorang.
Keutamaan mengucapkan lafadz innalillahiwainnailaihirajiun
Ada beberapa keutamaan di saat seseorang muslim mengucapkan lafadz istirja ini. Diantara keutamaan tersebut, antara lain:
- Bentuk dari sikap sabar
Orang yang menghadapi sebuah musibah maka ia diperintahkan untuk bersabar. Sikap sabar ini termasuk bagian dari akhlak mulia. Orang yang mengucapkan bacaan istirja ini termasuk orang yang bersabar. Hal ini berdasar pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 155-156,
yang artinya:
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Sangat jelas pada ayat tersebut bahwa orang yang mengucap istirja ketika mendapatkan musibah atau ujian berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan maka dia termasuk orang yang sabar. Salah satu bentuk sabar ialah mengucapkan istirja.
- Sebagai bentuk tawakkal
Tawakkal berarti menyerahkan diri atau berpasrah kepada Allah subhanahu wa ta’ala setelah melakukan ikhtiar semaksimal mungkin. Seorang yang bertawakkal maka ia menyandarkan urusannya kepada-Nya. Orang yang mengucapkan bacaan istirja ini hakikatnya ia telah bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lafazh sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali jelas-jelas menandakkan bahwa orang tersebut mengakui dengan sepenuh hati bahwa dirinya adalah milik Allah dan hanya kepada Allah sajalah seorang hamba akan kembali. - Memperingan beban
Mendapatkan musibah memang tidaklah ringan. Berat dirasakan oleh hati dan jiwa. Siapa saja merasakan hal yang wajar bila merasa berat bila mendapat musibah. Dengan mengucapkan kalimat istirja atau innalillahi wa inna ilaihi rajiun maka menjadi lebih ringanlah beban seseorang yang sedang mendapat musibah atau ujian.
Dengan kita mengetahui dengan baik lafadz istirja ini maka tidak akan salah dalam pengucapannya nanti. Termasuk dalam hal arti atau maknanya pun akan paham. Dengan begitu maka ketika sobat ngaji membacanya menjadi benar-benar khusyuk. Demikian semoga bermanfaat dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh